Pages

Jumat, 05 November 2010

cerpenku

We Are Always Be There for You

            Tiga Serangkai. Ya, itulah sebutan bagi Naima, Looney, dan Denaz. Mereka memang sudah bersahabat dari kecil, jadi kemana-mana selalu bertiga. Suatu hari di ruang kelas 6A SD Harapan Kasih terdengar teriakan Denaz, "Hei, Naima, Looney, Try Out IPA kalian dapat berapa, hasilnya sudah keluar lho!" "Iya-iya, aku tahu, aku dapat 91. Emang  kamu dapat berapa?"Looney balik tanya. "Eit, tunggu dulu! Naima belum jawab pertanyaanku!"Denaz mengelak. "Aku dapat 95."jawab Naima rendah hati. "Ah sialan, aku kalah lagi dari kalian! Aku heran deh, nilai kalian itu selalu diatasku, kenapa sih kalian gak mau ngalah sama aku, padahal aku udah baik sama kalian, tapi..."omongan Denaz terputus. "Emang kamu dapat berapa sih?"tanya Looney. "88"jawab Denaz malu. Naima dan Looney tertawa. Naima memang anak paling pintar di kelasnya, dan teman-temannya belum bisa mengalahkan dia. Tiba-tiba Looney bersuara,"Jarang-jarang lho aku dapat nilai 9, makanya nanti sore aku shopping ke mall bareng mamaku sebagai hadiahnya!" "Ya ampun, Ney dapet nilai bagus itu sudah  seharusnya jadi ga usah pake hadiah-hadiahan lah!"sambung Naima bijak.
           
            Keesokan harinya hasil Try Out IPA II sudah muncul. Kali ini gantian Looney yang bertanya pada kedua sahabatnya itu. Tapi kini Denaz ga se-cerewet kemarin soalnya nilainya meningkat dan hampir menyalip si Naima. Looney:91, Denaz:90, dan Naima:93. Sementara nilai Denaz naik, sebaliknya nilai Naima malah turun. Looney dan Denaz juga masih bertanya-tanya ada apakah gerangan sampai-sampai nilai Naima turun, padahal sebelumnya nilainya ga pernah turun, kalau ga tetep ya pasti naik. Looney segera bertanya,"Kamu kenapa, Ma? Ga biasanya tuh nilai kamu turun, atau kamu ada masalah? Kami bisa bantu kok, bilang aja." Naima tidak menjawab karena masih dalam alam lamunan-nya, maka Denaz memutuskan untuk mengagetkan Naima,"Hey!" "Eh, iya kenapa?"Naima baru sadar."Kenapa nilaimu turun?"Looney kembali bertanya. "Hm...ga ada apa-apa kok, mungkin kemarin aku ga teliti aja jadinya nilaiku turun."jawab Naima terbata-bata. "Kamu habis nangis ya Ma! Kok matamu sembab gitu, merah lagi! Kamu pasti ada masalah, ayo dong cerita sama kita!"timpal Denaz memaksa. "Ah, ngarang kamu, siapa juga yang nangis! Aku cuma kelilipan kok!"jawab Naima sambil mengusap air matanya. "Ya udah deh terserah kamu aja, pokoknya setiap kamu ada masalah, kita siap bantu kok. Oh iya, aku kan udah menang dari kamu nih Ma, jadi aku minta mamaku untuk beli'in sepatu baru dan kalau sampai ga dituruti aku ga mau sekolah lagi!"kata Denaz sambil sedikit bercanda. "Ya ampun, kalian berdua ini ga ada bedanya ya! Dapet nilai bagus aja minta imbalan, itu udah kewajiban kita kale!"Naima menunjukkan kebijakannya lagi sambil memaksa mulutnya tertawa. "Ha...ha...ha...!"respon Denaz dan Looney.

              Belum terjawab semua rasa penasaran Denaz dan Looney, sudah ditambah lagi dengan hal yang membuat tambah penasaran. Kali ini Denaz dan Looney sudah sangat yakin bahwa Naima pasti sedang ada masalah, karena nilai Try Out IPA III Naima sangat berbeda jauh dengan nilai Denaz dan Looney. Denaz:93, Looney 90, dan Naima:72. Untuk menyelidiki permasalahan Naima, Denaz dan Looney berunding tentang apa yang harus mereka lakukan supaya Naima bisa menceritakan semua masalah yang sedang dihadapinya kepada kedua sahabatnya itu. Setelah selesai berunding akhirnya mereka berdua memutuskan untuk bercanda ria bersama Naima, kalau Naima tidak seceria biasanya berarti benar dia sedang ada masalah. "Hey, my friend!"sapa Denaz dan Looney kompak sambil menepuk bahu Naima. "Eh, kalian! Ada apa?"jawab Naima kaget. "Ma, kamu mau ikut kita berdua ke Jerman ga akhir ujian nanti? Soalnya kalau nilaiku berhasil ngalahin kalian berdua, mama janji ajak aku jalan-jalan ke Jerman, gimana?"tanya Denaz. "Ah, ga mungkin lah aku ikut kalian ke Jerman! Uang jajan aja ngepas, gitu mau ke luar negri! Kan mahal banget tuh biayanya, gila kamu!"kata Naima. "Kita ke sana ga pake biaya kok, kecuali kalo buat makan dan minum, jadi hemat banget lho! Masa kamu ga mau ikut sih?"paksa Looney. "Transpotnya kan bayar! Emang kalian naik apa, kok bisa gratis gitu?"Naima bingung. "Kita kan jalan kaki, jadi ga butuh biaya kan!?"tutur Denaz. "Ga ada cerita ya kalo ke Jerman tu jalan kaki, orang bodo juga tahu kalo itu ga mungkin banget lah! Ini bener Jerman luar negri itu kan?"jawab Naima sedikit marah. "Ya ga mungkin lah Jerman luar negri itu, kita itu mau ke Jerman: Jejer Panderman. Gratis kan transpotnya!?"goda Looney. "Hm!"kata Naima sambil memalingkan mukanya dan pergi. "Kan, bener kataku! Naima tu lagi ada masalah, buktinya dia ga respek kita bercanda kaya gitu. Kenapa lagi kalo bukan punya masalah, ya kan?"Looney menanggapi kepergian Naima. Kelihatan Denaz sedang berpikir. Hari itu mereka sudah tidak membahas kejadian itu lagi. Tiga hari setelah itu, Naima tidak masuk sekolah, padahal besok itu sudah saatnya mengikuti UAN di sekolah, tentu saja Denaz dan Looney bingung ada apa dengan sahabatnya itu.

             Sepulang sekolah, mereka berdua sepakat untuk menyelidiki masalah apa yang sedang dialami oleh Naima. Mereka berjalan menuju ke rumah Naima, tapi di depan gang rumah Naima ada kain putih bergambar tanda silang.... "Itu kan tanda ada orang meninggal, Ney! Ayo kita tanya ke Naima aja!"kata Denaz penasaran. Akhirnya mereka berdua  meneruskan perjalanan memasuki gang tersebut, tapi saat mereka melihat rumah Naima, ada banyak orang memakai baju hitam di sana. Kebingungan mereka semakin menjadi-jadi, dan tanpa pikir panjang mereka langsung bertanya kepada salah satu ibu di situ karena rasa penasaran mereka tidak bisa ditahan lagi. "Bu, kalau boleh tau siapa ya yang meninggal?"tanya Denaz. "Oh, itu neng, bapaknya Naima meninggal jadi korban tabrak lari waktu jemput Naima ke sekolahan dan keluarganya sudah tidak punya apa-apa lagi karena uangnya juga hilang diambil yang nabrak."jawab ibu itu. Denaz dan Looney hampir meneteskan air mata, tapi sebelum air mata itu menetes mereka langsung lari secepat kilat menghampiri Naima. "Naima!"panggil mereka. "Denaz! Looney!"Naima kaget. "Kenapa sih kamu ga mau ceritain ini ke kita, kan kita bisa bantu kamu. Jawab Naima!"paksa Denaz. "Aku cuma ga mau ngrepotin kalian aja, kalian kan udah baik sama aku, jadi aku ga mau lagi bikin kalian repot gara-gara aku."jawab Naima pelan. "Ga, Ma! Malahan kamu yang udah baik sama kita berdua dan kami mau bantuin kamu. Pokoknya untuk kita semua harus saling cerita satu sama lain baik suka maupun duka. Ok!? Oh, iya kalau bapak kamu meninggal, kenapa kamu ga masuk sekolah sampe tiga hari?"sambung Denaz. "Ehm, semua perlengkapan sekolahku dijual untuk makan ibu dan kedua adikku, kan ibu ga kerja jadi mau dapet uang dari mana!?"jawab Naima sambil meneteskan air mata. "Kalo masalah itu papaku bisa bantu, kebetulan di pabrik kue papaku butuh satu buruh lagi, apa ibu kamu mau kerja di sana?"Looney menawarkan diri. "Oh, pastinya ibuku mau. Makasih ya semua, kalian memang bener-bener sahabat sejatiku!"kata Naima bangga. "We are always be there for you."Denaz dan Looney mengakhiri percakapan sambil memeluk Naima.

            Keesokan harinya, saat UAN dilaksanakan anak-anak sudah tidak sabar menunggu pengumuman. Dan saat pengumuman ternyata nilai tertinggi se-SD Harapan Kasih adalah: peringkat 3 Denaz; peringkat 2 Looney; dan peringkat 1 Naima. "Wah, ga jadi ke Jerman deh kita!"goda Denaz. "Ha...ha...ha!!!"semua tertawa sambil berpelukan.


~ TAMAT ~


0 komentar:

Posting Komentar